Selasa, 22 Januari 2013

Alamat Panti Pijat di Palembang

Agan-agan berada dalam artikel : Alamat Panti Pijat di Palembang
selamat membaca dan menikmati semoga bisa
menambah semangat sobat2 menghadapi hari demi hari....

Untuk sementara waktu artikel tentang :  Alamat Panti Pijat di Palembang
sedang kami edit ulang untuk kepuasan smua pengunjuang blog.
setelah lengkap dan akurat segera kami posting kembali
artikelnya, trims sebelumnya

Untuk pengganti sementara artikel yang sobat2 cari, admin ganti
dengan cerita plus dibawah ini ya...
semoga ceritanya bisa menghibur Agan - agan...

Dukun Cabul dan Vivi

Vivi tidak bisa menerima sikap dan tindakan Ardi akhir-akhir ini yang ia lihat
sudah melupakan dan membiarkan keluarganya. Tindakan ini dilihat Vivi saat Ardi
akan pergi ke luar kota untuk meninjau perusahaannya di kota lain. Vivi menduga
pasti Ardi telah melakukan suatu perselingkuhan dan menyeleweng dikarenakan Ardi
tidak lagi memberikan nafkah batin untuk Vivi, sedangkan Ardi selalu pergi ke
luar kota setiap minggu dengan begitu hubungan seks-nya dengan istrinya pasti
tersalur, sedang saat ini Ardi telah lupa akan kewajibannya. Siapa wanita yang
telah merebut Ardi dari tangannya, Vivi tidak mengetahui. Oleh sebab itu Vivi
sering merenung dan berpikir apakah selama ini ia tidak melayani kebutuhan dan
kesenangan suaminya, namun semua itu ia rasa tidak mungkin dan sepengetahuannya
ia selalu melayani dan melaksanakan kesenangan dan kesukaan suaminya. Sedang
kalau ia lihat bentuk tubuhnya yang mungkin telah berubah? namun ia sadari tidak
mungkin juga, Vivi menyadari ia dan Ardi telah berumah tangga kurang lebih 6
tahun dan dikaruniai 2 orang anak yang paling besar berumur 5 tahun, mustahil
bentuk tubuhnya akan menyebabkan Ardi berpaling.

Di depan cermin sering Vivi mengamati tubuhnya, ia pun rajin senam dan
melangsingkan tubuhnya, namun apa gerangan Ardi berubah dan tidak mau
menjamahnya? Secara fisik Vivi memang seorang ibu rumah tangga yang telah
beranak dua, namun jika melihat tubuh dan kulitnya banyak membuat gadis yang iri
karena bentuk tubuhnya amat serasi dan menggiurkan setiap lelaki yang menatapnya.
Umur Vivi baru 32 tahun, di saat itu ia butuh pelampiasan birahi jika malam hari
menjelang, namun sikap Ardi telah membuatnya menjadi tidak percaya diri. Atas
saran teman karibnya yang juga ibu rumah tangga dan wanita karir, maka Vivi
disarankan untuk meminta tolong pada seorang dukun sakti yang bisa mengembalikan
suami dan membuat Ardi bertekuk lutut kembali. Ini telah lama di coba Lusi,
dulunya suaminya juga menyeleweng. Namun atas bantuan dukun itu suaminya telah
melupakan wanita simpanannya.

Dengan saran dan nasehat dari karibnya itu Vivi memberanikan diri untuk datang
ke tempat dukun itu walaupun jaraknya agak jauh kurang lebih 2 jam perjalanan
dengan mobilnya. Dengan bantuan Lusi, Vivi mengemudikan Balenonya ke tempat
dukun itu. Mereka berangkat pagi harinya. Sesampai di gubuk dukun yang memang
terpencil di sebuah kampung itu, Vivi memarkirkan mobilnya di samping gubuk itu.
Lalu Lusi mengetuk pintu gubuk itu dan dengan adanya sahutan dari dalam
mempersilakan mereka berdua masuk, di dalam telah ada dukun itu yang duduk
dengan sambil menghisap rokoknya.
“Ooo… Bu Lusi? ada apa Bu? ada yang bisa saya bantu?” dukun itu berbasa basi.
“Eee… ini Mbah, teman saya ini ada masalah dengan suaminya, namun ia ingin
suaminya seperti sedia kala lagi…” jawab Lusi.
Lalu Lusi memperkenalkan sang dukun yang bernama Mbah Dudu itu kepada Vivi.
Sambil berjabat tangan Mbah Dudu mempersilakan kedua wanita itu untuk duduk
bersila di lantai gubuknya itu. Sepintas Vivi merasa agak risih dari mulai ia
memasuki gubuk itu. Ada perasaan tidak enak namun karena keinginannya
mengembalikan suaminya ia tidak mengambil pusing semuanya. Tanpa ia sadari dari
saat ia masuk dan bersalaman dengan Vivi mata mbah dukun itu tidak henti-hentinya
memandang ke arah Vivi. Lalu ia memanggil Vivi untuk maju selangkah ke arahnya,
dan Vivi diperintahkan untuk memasukkan tangannya ke dalam wajan yang berisi air
kembang, lalu Mbah Dudu membakar menyan dan membaca mantranya.

Tidak berapa lama kemudian ia buka matanya dan berkata bahwa mata hati suaminya
telah dipengaruhi oleh wanita simpanan Ardi dan membuat Ardi melupakan
keluarganya. Atas saran mbah dukun supaya Ardi kembali maka Vivi harus memakai
jimat yang akan dibuatkannya, asal Vivi mau menjalani syarat-syaratnya dan itu
semua terpulang kepada Vivi. Karena besarnya keinginan agar Ardi kembali, maka
Vivi menyanggupi segala syarat-syaratnya. Setelah itu sang dukun berkata bahwa
besoknya Vivi akan mendapatkan jimat itu dan akan dipasangkan ke tubuh Vivi dan
akan dibuatkan malam ini. Mbah Dudu adalah lelaki asal Nias yang telah lama
memiliki ilmu yang amat sakti. Tidak sedikit orang yang telah dibantunya. Mbah
Dudu tinggal seorang diri di gubuk itu dan tidak memiliki istri. Umurnya telah
beranjak tua yaitu 70 tahun namun fisik dan sosoknya tidak menggambarkan ketuaan.
Selanjutnya Vivi minta diri dan menitipkan amlop untuk memenuhi syarat-syaratnya,
dan berjanji besok akan datang. Lalu Lusi minta diri kepada Mbah Dudu, lalu
mereka pulang ke rumah dan besok Vivi harus mengambil jimatnya.

Besok hari yang telah ditentukan, Vivi minta Lusi membantu menemaninya ke tempat
dukun itu, namun karena adanya kesibukan di kantornya maka Lusi tidak dapat
menemani. Dan berangkatlah Vivi mengendarai Balenonya seorang diri ke tempat
dukun itu. Lebih kurang 1,5 jam perjalanan Vivi, sampailah di gubuk itu dan
memarkirkan mobilnya di samping gubuk, sedangkan hari saat itu telah mendung dan
berangin sepertinya hari akan hujan. Lalu Vivi mengetuk pintu gubuk dan kemudian
pintu itu dibuka Dudu dari dalam dan mempersilakan masuk. Lalu Vivi masuk ke
gubuk dan duduk di lantai. Lalu Mbah Dudu meminta Vivi untuk langsung ke depan
dan menerima saran dan cara-cara memakai jimat itu. Vivi diharuskan untuk
berbaring dan memakai kain sarung lalu menelentangkan diri, karena jimat itu
akan dipasangkan pada tubuh Vivi yang biasa di sentuh suaminya. Lalu Vivi minta
ijin untuk memakai sarung yang dipinjamkan sang dukun di kamar yang telah
tersedia.

Dalam kamar itu, hanya ada satu dipan kayu yang telah lama dan saat itu Vivi
membuka seluruh pakaianya, sedang BH dan CD-nya tetap terpasang pada tubuhnya.
Sesaat kemudian sang dukun memasuki kamar itu dan minta Vivi berbaring di dipan
itu. Vivi menuruti kata dukun itu, lalu Mbah Dudu memulai melakukan aktifitasnya
dengan memasangkan cairan jimat itu mula-mula ke kulit muka Vivi lalu turun ke
leher jenjang dan ke dada yang masih tertutup BH. Sesampai pada dada Vivi sang
dukun menyadari adanya getaran birahinya mulai datang dan lalu di sekitar dada
Vivi ia oleskan cairan itu, tangan sang dukun masuk ke dalam dada yang
terbungkus BH. Di dalam BH itu tangan Dudu memilin dan memilintir puting susu
Vivi, dengan cara itu Vivi secara naluri seksnya terbangkit dan membiarkan
tindakan sang dukun yang memang kelewatan dari tugasnya itu, Vivi hanya diam.
Lalu sang dukun membuka pengait BH Vivi dan melemparkan BH itu ke sudut kaki
dipan itu dan terpampanglah sepasang dada montok yang putih mulus kemerahan
karena gairah yang dipancing Mbah Dudu itu.

Di sekitar dada itu sang dukun mengoleskan jimatnya berulang-ulang sampai Vivi
merasa tidak kuat menahan nafsunya. Lalu sang dukun tangannya turun ke perut dan
ke selangkangan Vivi. Di situ tangan sang dukun memasuki selangkangan Vivi,
tindakan ini membuat Vivi protes,
“Jangan! saya mau diapakan Mbah?” tanyanya.
“Ooo… ini adalah pengobatannya, Lusi pun dulunya begini juga,” jawab mbah dukun
sambil mengatur nafasnya yang terasa sesak menahan gejolak nafsu. Di lubang
kemaluan Vivi, jari tangan sang dukun terus mengorek-ngorek isi kemaluan Vivi
sehingga Vivi merasakan ia akan menumpahkan air surgawinya saat itu. Sambil
membuka kain sarung yang melilit tubuh Vivi sang dukun lalu menurunkan CD yang
menutup lubang kemaluan Vivi itu. Lalu ia letakkan CD Vivi di samping dipan yang
beralaskan bludu usang itu. Sesaat kemudian Vivi telah telanjang bulat dan jari
tangan sang dukun tidak henti-hentinya beraksi di sekitar daerah sensitif tubuh
Vivi. Sedang jimatnya telah dioleskan pada seluruh bagian-bagian tubuh Vivi.

Lalu tibalah saat untuk memasukkan keampuhan jimatnya, maka sang dukun minta
kepada Vivi untuk mau bersengggama karena jimat itu tidak akan bisa dipakai jika
Vivi tidak melakukan senggama dengan dukun itu. Karena Vivi telah merasa
kepalang basah dan ingin niatnya kesampaian maka ia ijinkan sang dukun melakukan
persenggamaan. Lalu tangan sang dukun membuka paha Vivi yang mulus terawat itu.
Lalu ia buka lubang kemaluan Vivi dengan tangannya dan memainkan klitoris Vivi
dan kembali Vivi histeris ingin dituntaskan nafsu yang telah sampai di kepalanya,
ditambah telah beberapa bulan tidak berhubungan seks dengan suaminya. Mbah dukun
yang telah sama-sama-sama bugil dengan Vivi lalu memasukkan batang kemaluannya
yang cukup besar itu dan kuat ke dalam lubang kemaluan Vivi yang telah dibasahi
air kewanitaan Vivi yang tampaknya siap untuk melakukan penetrasi ke dalam
lubang kemaluan yang telah basah itu. Setelah dipaksakan agak keras lalu batang
kemaluan yang tegak menantang masuk seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Vivi,
dan Mbah Dudu melakukan gerakan maju mundur, sedang tangannya tidak henti-hentinya
memilin dan menekan pinggul padat Vivi itu. Buah dada Vivi tidak luput dari
jelajahan tangan sang dukun.

Lebih kurang 30 menit lubang kemaluan Vivi digenjot dengan paksa lalu sang dukun
barulah sampai klimaks dengan menumpahkan air maninya ke dalam lubang kemaluan
itu sebanyak-banyaknya. Sedangkan air yang keluar dari lubang kemaluan Vivi itu
ia oleskan ke lidah Vivi untuk kasiat bahwa Vivi tidak bisa dilupakan suaminya.
Dalam persenggamaan itu Vivi sempat orgasme 3 kali, itu pun saat ia terengah-engah
di saat batang kemaluan sang dukun mengaduk-aduk isi kemaluanya tadi. Sejam
kemudian barulah permainan itu selesai setelah sang dukun minta permainan
dilakukan 2 kali. Setelah itu Vivi minta diri pulang dan membawa yang akan ia
pakaikan di rumahnya saat mandi. Mbah dukun mengatakan ada jimat yang akan
dipasang di dalam kamar Vivi namun belum siap, dan mbah dukun berjanji akan
mengantarkannya ke rumah Vivi 2 hari lagi.

Tepat 2 hari kemudian sang dukun mendatangi rumah Vivi yang megah. Saat itu
suami Vivi belum pulang dari luar kota dan di rumah saat itu hanya ada ia dan
seorang pembantunya yang sedang menjaga anak-anaknya. Sang dukun berkata, “Bu
Vivi, jimat ini akan saya pasangkan pada kamar Ibu nanti malam,” sedangkan Vivi
merasa khawatir, bagaimana jika suaminya pulang. Namun karena kesaktiannya, sang
dukun berkata, “Bu Vivi nggak usah khawatir, suami Ibu pulang lusa, sedang ia
sekarang menurut penglihatan saya sedang di Lampung,” kata sang dukun. Lalu
bagaimana ia menerangkan kepada pembantunya karena adanya kehadiran dukun tua
itu? Lalu ia hanya berkata bahwa familinya dari kampung dan menumpang barang 1
hari di rumahnya. Lalu Vivi mempersilakan sang dukun untuk istirahat di sebuah
kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu. Lalu sang dukun memasuki kamar yang
telah disediakan.

Malam harinya saat akan memasangkan jimat di kamar Vivi, dilakukan pada pukul 9.00
malam, sedang pembantunya telah tidur di kamar belakang, tempat kamar tidur
pembantu memang jauh di belakang dan tidak mengganggu ke rumah induk tempat
kamar Vivi berada. Di dalam kamar itu sang dukun melakukan ritualnya dengan
membaca mantera, lalu ia membakar menyan, sedang Vivi duduk diam melihat apa
yang dilakukan sang dukun dari atas tempat tidurnya. Lalu sang dukun berkata, “Sebaiknya
jimat ini kita pasangkan pada saat tepat jam 12.00 malam nanti, berarti masih
ada waktu 3 jam lagi, Bu Vivi…” katanya. “Sekarang sebaiknya kita ngomong-ngomong
saja dulu menunggu waktu,” kata sang dukun. “Baiklah Mbah,” lalu Vivi
mempersilakan sang dukun keluar kamar. Bagaimanapun ia merasa berat hati untuk
membawa dukun itu ke dalam kamar pribadinya. Sang dukun berkata, “Tidak usah
keluar… Bu Vivi… di sini saja.” Lalu sang dukun berdiri dari duduknya dan menuju
ke arah Vivi duduk dan mbah dukun itu juga duduk di samping Vivi. Lalu tangannya
menggapai tangan Vivi dan berkata, “Sebaiknya kita berdua melakukan seperti saat
Ibu di gubuk saya, sebab jika tidak para jin yang membantu saya akan lari dan
tidak mau menolong Ibu,” kata mbah dukun. Vivi hanya bergidik, bulu kuduknya
merinding. Haruskah ia mengulangi kesalahan saat ia harus bersenggama dengan
dukun itu di gubuknya? Namun karena adanya pengaruh dan keinginan Vivi maka ia
biarkan sang dukun mengulangi perbuatan maksiat itu di kamarnya, saat itu Vivi
memang merasa menjadi seorang wanita sempurna karena ia telah mendapatkan
siraman batin dari dukun tua itu meskipun tidak ia dapatkan dari suaminya.

Lebih kurang 2 jam mereka berdua mengayuh samudera kenikmatan bersama sang dukun
dan membuat Vivi orgasme berulang-ulang dan membuat lubang kemaluannya sampai
lecet karena kebuasan batang kemaluan dukun yang sangat besar itu. Lalu tepat
pada jam 12 malam barulah jimat itu terpasang pada bawah ranjang Vivi dan
menjelang pagi mereka terus melakukan hubungan seksual dengan menggebu-gebu.
Lalu Vivi tertidur dan tidak menyadari hari telah pagi dan sang dukun telah
pergi, sedang Vivi merasa tubuhnya pegal-pegal dan tulangnya serasa mau lolos.
Sejak saat itu memang jimat pemberian sang dukun ada perubahan pada diri suami
Vivi dan ia sangat berterima kasih dan lalu ia mendatangi sang dukun. Sedang
sang dukun cuma minta Vivi tidak melupakannya, dengan cara Vivi harus 2 kali
dalam sebulan datang untuk memberikan jatah hubungan seks kepada sang dukun
seperti Lusi juga melakukan hal yang sama. Memang setelah itu Vivi selalu rajin
mendatangi sang dukun dan terkadang sang dukun yang datang ke rumah Vivi untuk
minta jatah senggamanya. Memang sebagai dukun ilmu hitam, Mbah Dudu harus
mensenggamai pasiennya, karena dengan demikian si pasien akan mampu disembuhkan
dan ilmu sang dukun dapat dipelihara.

2 komentar: